๐ŸŒ€ Syair Abu Nawas Sebelum Meninggal

SyairAbu Nawas berikut juga dikenal dengan sebutan i'tiraf. Syair berisi tentang doa permohonan maaf kepada Allah SWT atas dosa yang pernah dilakukan. Simak lirik lengkapnya tulisan Arab, latin SYAIRABU NAWAS : TERJEMAH DAN MAKSUDNYA Berikut adalah syair yang dimaksud dalam upaya kerasnya agar Allah berkenan menerima taubatnya. ูŠุง ุฑุจูู‘ ุฅู†ู’ ุนูŽุธูู…ูŽุชู’ ุฐูู†ููˆุจููŠ ูƒูŽุซู’ุฑูŽุฉู‹ ูู„ู‚ุฏ ุนูŽู„ูู…ู’ุชู ุจูุฃูŽู†ูŽู‘ ุนููˆูƒ ุฃูŽุนู’ุธูŽู…ู ุฅูู†ู’ ูƒูŽุงู†ูŽ ู„ุงูŽ ูŠูŽุฑู’ุฌููˆูƒูŽ ุฅูู„ุงูŽู‘ ู…ูุญู’ุณูู†ูŒ ููŽู…ูŽู† ุงู„ุฐูŠ ูŠูŽุฏู’ุนููˆ ูˆูŠูŽุฑู’ุฌููˆ ุงู„ู…ุฌุฑู… Berikutsyairnya: Ilaahii lastu lil firdausi ahlaan wa laa aqwaa 'alaa naaril jahiimi Wahai Tuhanku ! Aku bukanlah ahli surga, tapi aku tidak kuat dalam neraka Jahim Fa hablii taubatan waghfir zunuubii fa innaka ghaafirudzdzambil 'azhiimi Maka berilah aku taubat (ampunan) dan ampunilah dosaku, sesungguhnya engkau Maha Pengampun dosa yang besar Sejakmendekam di penjara, syair-syair Abu Nawas berubah, menjadi religius. Jika sebelumnya ia sangat pongah dengan kehidupan duniawi yang penuh glamor dan hura-hura, kini ia lebih pasrah kepada kekuasaan Allah. Dua bait syair di atas merupakan salah satu syairnya yang dapat dipahami sebagai salah satu ungkapan rasa spiritual yang dalam. Selaincerdik, fenomenalnya Abu Nawas juga berkat syair pertobatannya "ilahi lastu" yang berjudul Al I'tiraf. Syair ini makin terkenal pada awal 2000an setelah disenandungkan oleh penyanyi religi Haddad Alwi dalam album 'Cinta Rasul' (1999). baca juga: Telak! Jawaban Cerdas Abu Nawas Ini Bikin Baginda Raja Mati Kutu di Hadapan Menterinya Danbagi Abu Nawas, gembok merupakan sarana menertawakan hidup. Sebelum meninggal dunia, ia pernah berpesan pada keluarganya, agar kelak gerbang makamnya menampilkan gembok sebesar ember. Seumur hidupnya ia hanya ingin beramal dengan menyenangkan orang lain, maka dengan gembok sebesar ember di makamnya semoga bisa jadi amal terakhir. Suatucerita yang sangat terkenal tentang penyair Abu Nuwas yaitu teori belajar yang spesial untuknya, setiap kali ia telah menghafalkan dengan baik syair tertentu maka gurunya Khalaf Ahmar memintanya untuk melupakannya maka yang terjadi adalah ia mengingatnya dengan baik. Setelah itu ia dititipkan pada seorang peramu minyak wangi dengan tugas MakaAbu Al Athiyah menyenandungkan sebuah syair: Hiduplah semaumu Di bawah naungan istana nan megahmu Engkau berusaha mendapatkan apa yang engkau senangi Baik pada waktu sore maupun pagi Namun, apabila jiwa tersengal-sengal Karena sempitnya pernapasan dalam dada Saat itu berulah engkau tau Bahwa selama ini engkau sedang tertipu ๏ปฟCumaAbu Nawas yang Berani Jailin Malaikat, Begini Kisahnya Dikutip dari berbagai sumber, syair tersebut merupakan ungkapan bentuk taubat Abu Nawas kepada Allah SWT. Sebab semasa mudanya, Abu Nawas disebut sebagai orang yang menghabiskan waktunya untuk bersenang-senang dengan kehidupan duniawi. Zk7skO0. ๏ปฟOleh Munawir Amin. Imam Muhammad bin Idris as-Syafiโ€™i rahimahullah pernah berkata โ€œAku mengunjungi Abu Nawas. Lalu Aku bertanya padanya โ€œApa yang Engkau persiapkan untuk hari ini, wahai saudaraku, Abu Nawas?โ€™. Kemudian Abu Nawas menjawab dengan sebuah Syair ุชูŽุนูŽุงุธูŽู…ูŽู†ููŠู’ ุฐูŽู†ู’ุจูŠู’ ููŽู„ูŽู…ู‘ูŽุง ู‚ูŽุฑูŽู†ู’ุชูู‡ู ุจุนูŽูู’ูˆููƒูŽ ุฑูŽุจู‘ููŠู’ ูƒูŽุงู†ูŽ ุนูŽูู’ูˆููƒูŽ ุฃูŽุนู’ุธูŽู…ูŽุง โ€œPernah kuanggap dosa-dosa ku besar. Namun, ketika kusandingkan dengan pengampunan-Mu, wahai Tuhanku. Maka, ampunan-Mu ternyata lebih besarโ€™โ€. โ€œAbu Nawas itu karibku,โ€ kata Syaikh Muhammad bin Rafiโ€™ memulai kisahnya. โ€œNamun, di akhir umurnya, kami berpisah jarak. Ketika tersiar kabar kewafatannya. Aku sedih luar biasa. Antara tidur dan terjaga, seakan Aku bertemu dengannya. Lalu Aku panggil Dia โ€œWahai Abu Nawas!โ€.โ€œIyaโ€, jawab Abu Nawas. โ€œApa yang telah Allah perbuat padamu?โ€, tanya Syekh Muhammad bin Rafiโ€™. โ€œDia mengampuni Akuโ€, kata Abu Nawas, โ€œdan itu disebabkan bait syair yang Aku tulis. Dan syair itu sekarang berada ditumpukan bantal kedua di rumahkuโ€. Tidak lama kemudian Syekh Muhammad bin Rafiโ€™ melakukan perjalanan jauh mengunjungi keluarga Abu Nawas. Ketika keluarga Abu Nawas melihat Syekh Muhammad bin Rafiโ€™, kesedihan menyelimuti keluarga Abu Nawas dan mereka pun kembali menangis. Setelah reda, Syekh Muhammad bin Rafiโ€™ bertanya pada mereka โ€œApakah saudaraku Abu Nawas punya simpanan syair sebelum beliau wafat?โ€. โ€œKami tidak tahuโ€, jawab keluarga Abu Nawas. โ€œHanya saja, sebelum kewafatannya. Beliau meminta dibawakan tempat tinta dan kertas. Lalu menulis sesuatu. Apa yang ditulis, kami tidak tahuโ€, terang keluarga Abu Nawas. โ€œBolehkan Aku masuk memeriksa?โ€, kata Syekh Muhammad bin Rafiโ€™. Keluarga Abu Nawas pun mempersilahkannya. Lalu Muhammad bin Rafiโ€™ memasuki kamar Abu Nawas. Memeriksa tempat Syekh Muhammad bin Rafiโ€™ menemukan pakaian yang belum dipindah. Diangkatnya pakaian itu, tidak ditemukan apa-apa. Kemudian, diangkat bantal pertama, juga tidak terlihat apa-apa. Setelah diangkat bantal kedua, ditemukan secarik kertas. Dan disitu tertulis beberapa syair ูŠูŽุง ุฑูŽุจู‘ู ุฅูู†ู’ ุนูŽุธูŽู…ู’ุชู ุฐูŽู†ู’ุจูŠู’ ูƒูŽุซู’ุฑูŽุฉู‹ ููŽู„ูŽู‚ูŽุฏู’ ุนูŽู„ูู…ู’ุชู ุจูุฃูŽู†ู‘ูŽ ุนูŽูู’ูˆูŽูƒูŽ ุฃูŽุนู’ุธูŽู…ูŽุง "Wahai Tuhanku, Jika dosa-dosaku yang banyak itu membesar. Aku yakin, pengampunan-Mu lebih agung,". ุฅู†ู ูƒูŽุงู†ูŽ ู„ูŽุง ูŠูŽุฑู’ุฌููˆู’ูƒูŽ ุฅูู„ู‘ุง ู…ูุญู’ุณู†ูŒ ููŽุจูู…ูŽู†ู’ ูŠูŽู„ููˆู’ุฐู ูˆูŽูŠูŽุณู’ุชูŽุฌููŠู’ุฑู ุงู„ู’ู…ูุฌู’ุฑูู…ู "Andai Engkau hanya menerima orang yang baik saja. Lalu bagaimana dengan kami, orang-orang yang penuh noda dan dosa,". ุฃูŽุฏู’ุนููˆู’ูƒูŽ ุฑูŽุจู‘ูุŒ ูƒูŽู…ูŽุง ุฃูŽู…ูŽุฑู’ุชูŽุŒ ุชูŽุถูŽุฑู‘ูุนุงู‹ ููŽุฅูุฐูŽุง ุฑูŽุฏูŽุฏู’ุชูŽ ูŠูŽุฏููŠู’ุŒ ููŽู…ูŽู†ู’ ุฐูŽุง ูŠูŽุฑู’ุญูŽู…ู "Aku berdoa padamu Gusti, dengan kerendahan hati, sebagaimana Engkau perintahkan. Jika Engkau tolak kedua tanganku. Siapa lagi yang akan mengasihi Aku?,". ู…ูŽุง ู„ููŠู’ ุฅูู„ูŽูŠู’ูƒูŽ ูˆูŽุณููŠู’ู„ูŽุฉูŒ ุฅูู„ู‘ูŽุง ุงู„ุฑู‘ูŽุฌูŽุง ูˆูŽุฌูŽู…ููŠู’ู„ู ุนูŽูู’ูˆููƒูŽ ุซูู…ู‘ูŽ ุฃูู†ู‘ููŠู’ ู…ูุณู’ู„ูู…ูŒ "Hanya harapan dan indahnya ampunan-Mu yang jadi perantaraku. Lalu , Aku pasrah pada-Mu,". Sebelum meninggal dunia, Abu Nawas pernah duduk sendirian, memperhatikan matahari yang berangsurโ€“angsur tenggelam. Suasananya cukup hening. Abu Nawas melihat begitu indahnya warna langit yang dipenuhi dengan mega berwarna kuning jingga. Ia memperhatikannya dengan seksama, hingga akhirnya suasana indah itu hilang seiring dengan tenggelamnya matahari di ufuk barat. Entah apa penyebabnya, tibaโ€“tiba Abu Nawas tak mampu membendung air matanya. Hatinya terasa pedih. Ia menangis terseduโ€“sedu. Ia menengadahkan kedua tangannya sambil bersyair ุฅูู„ู‡ููŠ ู„ูŽุณู’ุชู ู„ูู„ู’ููุฑู’ุฏูŽูˆู’ุณู ุฃูŽู‡ู’ู„ุงู‹ ูˆูŽู„ุงูŽ ุฃูŽู‚ู’ูˆูŽู‰ ุนูŽู„ู‰ูŽ ู†ูŽุงุฑู ุงู„ุฌูŽุญููŠู’ู…ู "Wahai Tuhanku ! Aku bukanlah ahli surga, tapi Aku tidak kuat dalam neraka jahim,". ููŽู‡ูŽุจู’ ู„ูŠู ุชูŽูˆู’ุจูŽุฉู‹ ูˆูŽุงุบู’ููุฑู’ ุฐูู†ููˆู’ุจูŠู ููŽุฅูู†ูŽู‘ูƒูŽ ุบูŽุงููุฑู ุฐูŽู†ู’ุจู ุนูŽุธููŠู’ู…ู "Maka berilah Aku taubat ampunan dan ampunilah dosaku, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun dosa yang besar,". ุฐูู†ููˆู’ุจูŠู ู…ูุซู’ู„ู ุฃูŽุนู’ุฏูŽุงุฏู ุงู„ุฑูู‘ู…ูŽุงู„ู ููŽู‡ูŽุจู’ ู„ูŠู ุชูŽูˆู’ุจูŽุฉู‹ ูŠูŽุงุฐุงูŽ ุงู„ุฌูŽู„ุงูŽู„ู "Dosaku bagaikan bilangan pasir, maka berilah Aku taubat wahai Tuhanku yang memiliki keagungan,". ูˆูŽุนูู…ู’ุฑููŠ ู†ูŽุงู‚ูุตูŒ ููŠู ูƒูู„ูู‘ ูŠูŽูˆู’ู…ู ูˆูŽุฐูŽู†ู’ุจูŠู ุฒูŽุงุฆูุฏูŒ ูƒูŽูŠู’ููŽ ุงุญู’ุชูู…ูŽุงู„ู "Umurku ini setiap hari berkurang, sedang dosaku selalu bertambah, bagaimana Aku menanggungnya,". ุฅูู„ู‡ููŠ ุนูŽุจู’ุฏููƒูŽ ุงู„ุนูŽุงุตููŠ ุฃูŽุชูŽุงูƒูŽ ู…ูู‚ูุฑู‹ู‘ุง ุจูุงู„ุฐูู‘ู†ููˆู’ุจู ูˆูŽู‚ูŽุฏู’ ุฏูŽุนูŽุงูƒูŽ "Wahai Tuhanku ! Hamba Mu yang berbuat dosa telah datang kepada Mu dengan mengakui segala dosa, dan telah memohon kepada Mu,". ููŽุฅูู†ู’ ุชูŽุบู’ููุฑู’ ููŽุฃูŽู†ู’ุชูŽ ู„ูุฐูŽุงูƒูŽ ุฃูŽู‡ู’ู„ูŒ ููŽุฅูู†ู’ ุชูŽุทู’ุฑูุฏู’ ููŽู…ูŽู†ู’ ู†ูŽุฑู’ุฌููˆ ุณููˆูŽุงูƒูŽ "Maka jika Engkau mengampuni, Engkaulah ahli pengampun. Jika Engkau menolak, kepada siapakah lagi Aku mengharap selain kepada Engkau,". Demikianlah semoga bermanfaat. Indramayu, 13 September 2021 / 06 Shafar 1443 H Pengasuh Ponpes Sirojuttholibin Tulungagung Kertasmaya Indramayu Penulis Wayan Bagus Prastyo* Diriwayatkan dalam sebuah hadis yang terkenal dari sahabat Abu Hurairah bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda yang artinya โ€œBarang siapa yang bertaubat sebelum matahari terbit dari barat, maka Allah akan menerima taubatnyaโ€ HR. Muslim. Di antara semua manusia yang bergairah mengetahui pelajaran hadis ini adalah Abu Nawas, dimana saat ia hendak wafat, ia mengucapkan syair yang sangat indah untuk mewakilkan tindakan taubatnya kepada Allah SWT. Dimana dalam syairnya terdapat susunan yang sangat sistematis dan indah dalam upaya kerasnya untuk mendapat ampunan dari Allah SWT. Syairnya juga sangat menyentuh bagi siapa saja yang membacanya, sehingga merasa menarik untuk menghafal sekaligus membahasnya. Lalu bagaimana manhajnya dalam menyusun sebuah syair yang sangat indah dan menyentuh dalam upayanya merayu Allah agar berkenan menerima taubatnya? Namun sebelum membahas manhajnya, maka pertama-tama kita membahas siapa itu Abu Nawas? RIWAYAT SINGKAT TENTANG ABU NAWAS. Rosihan Anwar menyamakan sosok Abu Nawas dengan Kabayan โ€“tokoh komedian Indonesia-, namun ini dinilai sangat tidak proposional. Kabayan hanya mempersepsikan pelaku seni yang lugu, lucu, jujur, dan tidak hidup dalam hingar bingar metropolis kota peradaban. Meskipun begitu canda dan guyonannya sarat dengan pesan moral dan budaya kejujuran. Sementara Abu Nawas lebih kompleks dari itu, ia dianggap sastrawan yang polemis sekaligus vulgar, bombastis, kontroversional, dan sangat vocal menyuarakan kritik sosial. Bahkan ia dianggap sebagai intelektual penyair terbesar di kalangan masyarakat Arab kala itu. Nama asli Abu Nawas adalah al-Hasan ibn Hani, salah satu pembesar penyair atau sastrawan di zaman ad-Daulah al-Abbasiyah. Lahir di Ahwaz salah satu daerah di Khuziztan di sebelah barat Persia pada tahun 140 Hijriah dalam riwayat lain 145 H. Ras arab didapat dari ayahnya, salah seorang tentara Marwan ibn Muhammad khalifah Bani Umayyah terakhir. Sementara Ras Persia didapat dari ibunya bernama Julibban. Oleh karena itu ia tidak saja menguasai bahasa Persia tetapi juga dianggap salah seorang pionir kultur dan peradaban Persia di Baghdad. Pada usia 6 tahun ayahnya meninggal, sehingga ibunya mengajak untuk tinggal di Basrah. Demi memenuhi dahaga intelektual dan seninya, ia banyak mempelajari berbagai macam ilmu, baik ilmu-ilmu keagamaan, pemikiran, bahasa, dan sastra. Ilmu-ilmu agama ia serap secara intens, fatwa dari berbagai mazhab fiqh, tafsir baik tentang nasakh dan mansukh, muhkam dan mutasyabih, serta hadis. Dalam bidang bahasa dan sastra ia bergaul dengan Walibah ibn Hibban al-Asadi seorang penyair jenaka, abu al-Aโ€™tahiyah, Basyar bin Burd serta beberapa tokoh penyair dan intelektual lainnya. Ia juga membentuk sebuah komunitas dengan nama โ€œIshabah al-Mujanโ€ perkumpulan kaum jenaka. Ia juga bergaul dan menimba ilmu dari dua tokoh ilmu nahwu seperti Abu Yazid dan Abu Ubaidah. Serangkaian perjalanan ilmiyah ia lakukan bersama gurunya Walibah ibn Hibban al-Asadi ke Ahwaz kemudian ke Kufah. Kehidupannya di Kuffah menambah kekentalan penguasaan intelektualitasnya. Ia rajin hadir dalam pertemuan ilmiyah para penyair yang biasa diadakan setiap hari bersama Walibah sambil minum-minum. Dalam kondisi mabuk, sering kali mereka mengkritik dan mencela para pendahulu dan pembaru. Pertemuan intelektual ini digunakannya untuk membiasakan bersikap spontan, melatih, meneliti, dan mengkritik kebudayaan, perilaku, bahkan realitas sosial. Dalam rangka penguasaan bahasa dari sumber aslinya ia menuruti saran Khalf Ahmar untuk mendalami bahasa pada masyarakat badui. Lalu ia ke Baghdad kemudian ke Mesir untuk menimba pengalaman intelektualnya. Abu Nawas kembali ke Baghdad pada saat Harun al-Rasyid menjadi khalifah, ia mulai mendapat kedudukan khusus di istana pada masa itu, sekalipun ia pernah dipenjarakan pada masa itu, kemudian dilepaskan kembali. Ia juga bergaul dengan beberapa penyair seperti al-Walid ibn Yazid, Adi ibn Zaid, dan Husein ibn Dhahak. Ada perbedaan pendapat mengenai tahun dan sebab kematiannya. Ada pendapat yang mengatakan ia meninggal di penjara. Ada pula pendapat bahwa ia mencela Bani Nubihkat, dan mereka memukuinya sampai wafat. Tahun wafatnya tercatat 190 H, dalam riwayat lain 197 H. SYAIR ABU NAWAS TERJEMAH DAN MAKSUDNYA Berikut adalah syair yang dimaksud dalam upaya kerasnya agar Allah berkenan menerima taubatnya. ูŠุง ุฑุจู‘ู ุฅู†ู’ ุนูŽุธูู…ูŽุชู’ ุฐูู†ููˆุจููŠ ูƒูŽุซู’ุฑูŽุฉู‹ ูู„ู‚ุฏ ุนูŽู„ูู…ู’ุชู ุจูุฃูŽู†ู‘ูŽ ุนููˆูƒ ุฃูŽุนู’ุธูŽู…ู ุฅูู†ู’ ูƒูŽุงู†ูŽ ู„ุงูŽ ูŠูŽุฑู’ุฌููˆูƒูŽ ุฅูู„ุงู‘ูŽ ู…ูุญู’ุณูู†ูŒ ููŽู…ูŽู† ุงู„ุฐูŠ ูŠูŽุฏู’ุนููˆ ูˆูŠูŽุฑู’ุฌููˆ ุงู„ู…ุฌุฑู… ุฃูŽุฏู’ุนููˆูƒูŽ ุฑูŽุจู‘ู ูƒู…ุง ุฃู…ุฑุช ุชูŽุถูŽุฑู‘ูุนุงู‹ ููŽุฅูุฐูŽุง ุฑูŽุฏูŽุฏู‘ูŽุชูŽ ูŠูŽุฏููŠ ูู…ู† ุฐุง ูŠูŽุฑู’ุญูŽู…ู ู…ูŽุงู„ููŠ ุฅูู„ูŽูŠู’ูƒูŽ ูˆูŽุณููŠู„ูŽุฉูŒ ุฅูู„ุงู‘ุงู„ุฑู‘ูŽุฌูŽุง ูˆูŽุฌูŽู…ููŠู„ู ุนูŽูู’ูˆููƒูŽ ุซูู…ู‘ูŽ ุฅูู†ู‘ููŠ ู…ูุณู’ู„ูู…ู โ€œWahai Tuhanku, aku mengetahui bahwa dosaku sangat banyak maka sungguh aku juga mengetahui bahwa ampunanmu lebih besar Apabila tidak ada yang boleh berharap kepada-Mu kecuali orang-orang yang baik maka kepada Siapa orang yang pernah berbuat jahat berdoa dan memohon? Aku memohon kepada-Mu wahai Tuhanku sebagaimana engkau perintahkan, dengan menampakan segala kelemahanku maka apabila engkau menolak permohonanku, kepada siapa lagi hamba memohon kasih sayang? Aku tidak mempunyai satu wasilah pun untuk memohon kepada-Mu kecuali harapan dan keindahan ampunanmu. Dan sungguh aku termasuk orang muslim berserah diriโ€ MANHAJ SYAIRNYA Jika kita perhatikan setiap baitnya dari awal hingga akhir, maka dapat diambil sebuah sistematika yang indah dalam manhajnya menyusun syair tersebut. Kita lihat dari bait yang pertama bahwa ia memulai baitnya dengan โ€œpengakuanโ€ bahwa dosanya amat banyak. Jika di taโ€™wil lebih luas maka bait pertama dapat diartikan sebagai berikut โ€œWahai Tuhanku, hamba mengetahui bahwa dosa hamba selama hidup didunia amatlah banyak, maka hamba juga mengetahui bahwa ampunan-Mu lebih luas dan hamba memohon agar engkau menyayangi dan mengampuni hamba.โ€ Kemudian bait kedua ia lanjutkan dengan โ€œkegelisahanโ€ yang ia rasakan. Jika di taโ€™wil lebih luas maka bait kedua dapat diartikan sebagai berikut โ€œDan apabila tidak ada yang boleh untuk memohon dan mendapat ampunan-Mu kecuali orang-orang muโ€™min yang baik yang memiliki banyak amal shalih, maka kepada siapa orang yang pernah berbuat dosa dan jahat memohon ampunan?โ€ Kemudian bait ketiga ia lanjutkan dengan โ€œpermohonanโ€. Maka jika di taโ€™wil lebih luas bait ketiga dapat diartikan sebagai berikut โ€œDan hamba berdoa kepada-Mu wahai Tuhanku untuk memohon perlindungan dengan menampakkan segala kelemahan dan ketidakmampuan hamba sebagaimana firman-Mu.โ€ Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu Muhammad tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku kabulkan permohonan orang-orang yang berdoa apabila ia berdoa kepada-Kuโ€ฆ.โ€™ Dan apabila Engkau tidak menyanyangi hamba, maka tidak akan ada lagi sampai kapanpun Zat yang menyayangi hamba, kecuali hanya Engkau. Kemudian dalam bait keempat ia tutup dengan โ€œkepasrahanโ€ agar Allah berkenan menerima taubatnya. Maka jika ditaโ€™wil lebih luas bait keempat dapat diartikan sebagai berikut โ€œdosa-dosa hamba amatlah banyak Wahai Tuhan, dan hamba tidak memiliki satu wasilahpun yang dapat hamba gunakan untuk mendekatkan diri hamba kepada-Mu kecuali dari luasnya ampunan-Mu, rahmat-Mu, dan keindahan ampunan-Mu, kemudian sungguh hamba adalah seorang muslim yang dengan ikhlas bertaubat dan berdoa kepada-Mu โ€ Demikianlah indahnya syair Abu Nawas dalam penghujung hidupnya demi mendapat ampunan dari Allah SWT. Adapun perihal diterima atau tidak taubatnya maka Allahu aโ€™lam bissawab. Namun apabila merujuk kepada hadis diatas maka besar peluang diterima taubatnya. Dan dari syairnya tersebut dapat kita tiru dalam doa-doa kita dan dapat pula kita jadikan contoh tuntuk meluluhkan hati orang lain dengan merubah lafal-lafalnya, teteapi tetap dengan tarkib yang sama. Sebagai contoh nya adalah sebagai berikut Wahai Fulan/Fulanah, aku sadar bahwa aku memiliki banyak kekurangan, maka aku juga sadar bahwa segala kelebihanmu dapat menutupi segala kekurangan-kekuranganku itu Apabila tidak ada orang yang boleh bersanding denganmu kecuali orang-orang baik, maka kepada siapa orang-orang yang hanya ingin menjadi pribadi lebih baik berharap? Aku meminangmu Fulan/Fulanah, sebagaimana Allah perintahkan, dengan menampakkan diriku apa adanya, maka apabila engkau menolakku kepada siapa lagi aku memohon kasih dan sayang? Aku tidak punya satu wasilahpun yang dapat kugunakan untuk mendekatkan diriku denganmu kecuali doa-doaku yang berlabuh pada Allah SWT dan keindahan perilakumu. Dan sungguh aku mencintaimu.โ€ Wkwkwkw. Ini cuma contoh. *Mahasiswa Pendidikan Ulama Tarjih Muhammadiyah Referensi Anshoriyah, Siti. Abu Nuwas Intelektual dan Humanitas Puisi. Al-Turasi No. 3 September 2004. Jamiah al-imam Muhammad ibn suโ€™ud al-islamiyah. Kitab Silsilah taโ€™lim al-lughah al-arabiyah mustawa ar-rabiโ€™ al-Balaghah wa an-Naqd. Riyadh. 2004. diakses pada tanggal 21 Desember 2019 pukul WIB. Adakalanya Allah menghendaki kebaikan bagi seseorang melalui dosa-dosanya, dan menghinakan seseorang justru dengan amal tabiโ€™in, Saโ€™id bin Jubair, berkata bahwa ini terjadi ketika seorang hamba bangga akan amalannya sehingga kesombongan menjauhkannya dari Rahmat Allah. Sementara perasaan hina karena banyaknya dosa dapat membuat seorang hamba bersimpuh, lunak hatinya, dan bertaubat sehingga Allah mengampuni kemudian Allah berkata dalam hadis qudsi, โ€œKalau kalian tidak berdosa maka Allah akan menjadikan kalian sirna, lalu Allah mendatangkan suatu kaum yang mereka berdosa lalu mereka bertaubat kepada Allah lalu Allah mengampuni mereka.โ€ HR. Muslim.Abu Nawas, misalnya, adalah penyair masyhur di era kerajaan Abbasiyah dengan kehidupan hedonis seperti dikesankan dalam hikayat โ€œ100 Malamโ€ Alfu Lailatin wa Lailah. Abu Nawas memang gemar meminum khamr sampai-sampai beliau menulis syair tentang sensasi meminum khamr berjudul khamriyyat. Ia juga gemar bersenang-senang dengan banyak wanita dan dianggap sebagai seorang zindiq. al Bidayah wa Nihayah, Ibnu Katsir, 14/73.Meski terjerumus dalam kubangan maksiat, Abu Nawas sempat menuntut ilmu agama, yakni ilmu Al Qurโ€™an, ilmu hadis, dan sastra Arab melalui sejumlah ulama. Setelah hidayah Allah, besar kemungkinan taubatnya Abu Nawas ditengarai oleh manfaat ilmu agama yang pernah dipelajarinya. Sisi lain dari Abu Nawas inilah yang tidak sepopuler reputasinya sebagai penyair eksentrik dan gemar Abu Nawas, Abu Khalikan, menuturkan dalam Wafiyatul Aโ€™yan 2102 bahwa sebelum wafatnya, Abu Nawas menulis bait-bait syair yang ia sembunyikan di bawah bantal. Ibnu Khalikan mengaku bertemu Abu Nawas dalam mimpi dimana ia berkata, โ€œWahai Abu Nawas, apa balasan Allah terhadapmu?โ€Abu Nawas menjawab, โ€œAllah Mengampuni dosaku karena beberapa bait syair yang kutulis saat aku sakit sebelum wafat, syair itu berada di bawah bantalku.โ€Abu Khalikan kemudian mendatangi kediaman keluarga Abu Nawas dan benar saja, ia menemukan secarik kertas berisi syair di bawah sebuah bantal. Di antara penggalan bait syair terakhir yang ditulis Abu Nawas berbunyiJika yang memohon kepada-Mu hanya orang yang baik-baik saja,Lalu kepada siapakah orang yang jahat akan memohon?Aku tidak mempunyai wasilah kepada-Mu kecuali sebuah pengharapan,Juga bagusnya pintu maaf-Mu, kemudian aku pun seorang seorang muslim terjatuh ke dalam kubangan dosa dan maksiat berulang kali, pintu taubat selalu terbuka baginya sebelum maut menjemput atau Hari Kiamat seseorang yang membawa amalan sepenuh bumi namun ia menghadap Allah sebagai pelaku kesyirikan, maka amalannya sia-sia belaka QS. Az Zumar 65 dan ia kekal selamanya di dalam penderitaan QS. Al Maidah 72.Semoga Allah mengampuni Abu Nawas rahimahullah dan kaum muslimin seluruhnya. []

syair abu nawas sebelum meninggal